Pengertian Proposal
Proposal
Penelitian ialah usulan yang berisi rencana kegiatan penelitian yang disajikan
secara tertulis untuk memperoleh persetujuan dari pihak yang berwewenang. Pihak
yang berwewenang di sini dapat saja seperti lembaga/instansi yang akan
mensponsori atau membiayai penelitian tersebut, tempat atau sasaran penelitian,
dan lembaga/instansi yang meminta dilakukannya penelitian. Untuk keperluan
penulisan skripsi, proposal penelitian diperlukan untuk memperoleh
persetujuan dari Ketua Jurusan atau Ketua Program Bidang Studi.
1. Latar Belakang Masalah
1. Latar Belakang Masalah
Sebelum penelitian
dilaksanakan, seorang peneliti harus menjelaskan gagasannya dan alasan-alasan
kenapa suatu objek harus diteliti. Pihak-pihak lain yang berkepentingan harus
dapat memahami ide yang dikemukakannya, mengingat suatu penelitian bersifat ilmiah
dan terbuka. Oleh karenanya terlebih dahulu seorang peneliti harus menyusun
latar belakang masalah yang mencemirkan pentingnya suatu masalah yang diteliti.
Dalam pembuatan latar belakang masalah harus mengemukakan hal-hal sebagai
berikut :
· Argument
mengapa judul penelitian tersebut harus ditulis.
· Sifat
atau tujuan penelitian.
· Strategi
pencapaian tujuan.
· Tinjauan
teoritikal yang mendukung argument tersebut.
· Hamabatan
yang akan ditemukan dalam proses penelitian.
Selain
itu pembuatan latar belakang masalah harus memenuhi beberapa criteria tertentu,
antara lain:
· Masalah
tersebut baru dan mempunyai dampak terhadap perkembangan ilmu dan penerapannya.
· Mengajukan
suatu konsep yang berbeda dengan yang telah ada
· Mengajukkan
suatu konsep yang berbeda dengan yang telah ada.
· Menunjukkan
jati diri penting suatu malasah yang diterapkan pada suatu keadaan tertentu.
· Mencari
jawaban atas penyelesaian suatu masalah.
2. Batasan Masalah
Agar penelitian
dapat mengarah ke inti masalah yang sesungguhnya maka diperlukan pembatasan
ruang lingkup masalah penelitian sehingga penelitian yang dihasilkan menjaadi
lebih fokus dan tajam. Berarti dapat dikatakan pulan membati ruang lingkup
masalah sebagai pematasan ruang lingkup penelitian. Dalam hal ini ada 4 tahap
yang dapat dilakukan.
Pertama, dengan cara memeriksa atau mempelajari
hasil-hasil penelitian atau kajian yang telah dilakukan peneliti sebelumnya (examine
the literature).
Kedua, membicarakan atau mendikusikan dengan
kolega atau orang lain yang berkompeten dengan harapan dapat memperoleh masukan
yang bermanfaat (talk over ideas with others).
Ketiga, mencoba membatasi ruang lingkup dengan cara
memperlakukan topik yang hendak dikaji untuk konteks yang khusus, waktu yang
lebih terbatas.
Keempat, membatasi ruang lingkup studi dengan cara
terlebih dahulu menetapkan tujuan atau manfaat studi yang diinginkan.
3.
Perumusan Masalah
Dalam merumuskan
masalah penelitian terdapat berbagai macam cara yang dapat digunakan. Berikut
merupakan ringkasan langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam merumuskan
masalah dalam suatu penelitian:
Permasalah adalah
kesenjangan (gap) antara das sollen (apa yang seharusnya) dan das sein (apa
yang ada).
Uraikan pendekatan
konsep untuk menjawab masalah yang diteliti, hipotesis yang akan diuji atau
dugaan yang akan dibuktikan. Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan defenisi,
asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan penelitian.
Telah memunculkan
konsep-konsep tertentu. Misal: attitudes, social distence, effectiveness,
credibility, dan lain-lain.
Sumber permasalahan
dapat diperoleh dari : bacaan, seminar, lokakarya, diskusi, pernyataan pemegang
otoritas, pengamatan, pengalaman, dan lain sebagainya.
4. Tujuan Penelitian
Tujuan bertujuan
untuk menjawab research question. Tujuan merupakan suatu pertanyaan tentang apa
yang ingin diketahui atau ditentukan. Bentuk dari tujuan tersebut bisa berupa
identifikasi karakteristik variabel. Mendiskripsi suatu fenomena, explorasi
suatu fenomena, penjelasan suatu fenomena atau prediksi terhadap fenomena.
Tujuan berkaitan dengan masalah yang dikemukakan, baik itu ditingkat regional,
nasional ataupun ditingkat lokal. Masalah yang dikemukakan sebaiknya masih
relevan dengan keadaan saat ini, atau dimasa yang akan datang. Tujuan
Penelitian terdiri dari:
1.
Tujuan
Umum:
Merupakan rangkuman
dari keseluruhan tujuan khusus.
Bersifat ideal.
2.
Tujuan khusus;
Uraian dari
berbagai hal yang ingin diketahui, pada penelitian yang akan dilakukan
Bersifat objektif.
5. Manfaat Penelitian
Rumusan tentang
manfaat penelitian adalah kelanjutan dari tujuan penelitian. Bagian ini berisikan
uraian tentang temuan baru yang dihasilkan dan manfaat temuan penelitian
tersebut bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang dapat dimanfaatkan oleh ilmuan
lain untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS).
6. Hipotesis
Hipotesis atau
hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga
karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis ilmiah mencoba
mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang akan diteliti. Hipotesis
menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan
hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan/
menciptakan suatu gejala. Kesengajaan
ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah terujikebenarannya disebut teori.
Tahap-tahap
pembentukan hipotesis pada umumnya sebagai berikut:
1. Penentuan masalah. Dasar penalaran ilmiah ialah
kekayaan pengetahuan ilmiah yang biasanya
timbul karena sesuatu keadaan atau peristiwa yang terlihat tidak atau tidak
dapat diterangkan berdasarkan hukum atau teori atau dalil-dalil ilmu
yang sudah diketahui. Dasar penalaran pun sebaiknya dikerjakan dengan sadar
dengan perumusan yang tepat. Dalam proses penalaran ilmiah tersebut, penentuan
masalah mendapat bentuk perumusan masalah.
2. Hipotesis
pendahuluan atau hipotesis preliminer (preliminary hypothesis). Dugaan
atau anggapan sementara yang menjadi pangkal bertolak dari semua kegiatan. Ini
digunakan juga dalam penalaran ilmiah. Tanpa hipotesa preliminer, observasi tidak akan terarah. Faktayang
terkumpul mungkin tidak akan dapat digunakan untuk menyimpulkan suatu konklusi, karena
tidak relevan dengan masalah yang dihadapi. Karena tidak
dirumuskan secara eksplisit, dalam penelitian, hipotesis priliminer dianggap bukan hipotesis
keseluruhanpenelitian, namun merupakan sebuah hipotesis yang hanya
digunakan untuk melakukan uji coba sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan.
3. Pengumpulan
fakta. Dalam penalaran ilmiah, diantara jumlah fakta yang besarnya tak terbatas
itu hanya dipilih fakta-fakta yang relevan dengan
hipotesa preliminer yang perumusannya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan
memilih fakta.
4. Formulasi
hipotes. Pembentukan hipotesa dapat melalui ilham atau intuisi, dimana logika
tidak dapat berkata apa-apa tentang hal ini. Hipotesa diciptakan saat terdapat
hubungan tertentu diantara sejumlah fakta. Sebagai contoh sebuah anekdot yang
jelas menggambarkan sifat penemuan dari hipotesa, diceritakan bahwa sebuah apel
jatuh dari pohon ketika Newton tidur di bawahnya dan teringat olehnya bahwa
semua benda pasti jatuh dan seketika itu pula dilihat hipotesanya, yang dikenal
dengan hukum gravitasi.
5. Pengujian
hipotesa, artinya mencocokkan hipotesa dengan keadaan yang dapat diobservasi dalam istilah ilmiah hal ini disebut verifikasi(pembenaran). Apabila hipotesa terbukti cocok dengan
fakta maka disebut konfirmasi.
Terjadi falsifikasi(penyalahan)
jika usaha menemukan fakta dalam pengujian hipotesa tidak sesuai dengan
hipotesa, dan bilamana usaha itu tidak berhasil, maka hipotesa tidak terbantah
oleh fakta yang dinamakan koroborasi
(corroboration). Hipotesa yang sering mendapat konfirmasi atau koroborasi
dapat disebut teori.
6. Aplikasi/penerapan. apabila hipotesa itu benar dan dapat
diadakan menjadi ramalan(dalam
istilah ilmiah disebut prediksi), dan
ramalan itu harus terbukti cocok dengan fakta. Kemudian harus dapat
diverifikasikan/koroborasikan dengan fakta.
Ciri-ciri hipotesis
yang baik :
a.
pernyataan hipotesis mencakup suatu tujuan/maksud penelitian, ini
bebrarti untuk hipotesis yang bersifat deskriptif tujuan penelitian dinyatakan
secara jelas mengenai kondisi, ukuran, ataupun distribusi beberapa variabel
yang diuji dan dijelaskan dalam proses penelitian. Jika hipotesis bersifat explanatory, harus
dijelaskan fakta-fakta yang diberikan sebagaimana ingin dijelaskan dalam
penelitian tersebut.
b.
Hipotesis bersifat testable, artinya pernyataan yang digunakan
mempunyai kata-kata yang bersifat mempertanyakan suatu masalah, sehingga perlu
untuk diuji kembali hal-hal yang memang tidak perlu lagi diuji kebenarannya.
c.
Hipotesis pada suatu penelitian harus lebih baik dibanding pada penelitian yang
lain. Hal ini menunjukkan bahwa suatu penelitian yang ditawarkan kepada
berbagai pihak akan dinilai apakah kedua hal diatas memang dipenuhi oleh suatu
hipotesis.
7.
Kajian Pustaka / Landasan Teori
Dalam penelitian , kajian pustaka (review of literature) merupakan langkah paling awal begitu tema penelitian (bukan judul) diperoleh. Kajian pustaka mencakup tiga hal, yaitu: penempatan, pembacaan, dan penilaian terhadap hasil-hasil penelitian dan kajian yang sudah ada yang terkait dengan rencana penelitian yang akan kita lakukan.
Dalam penelitian , kajian pustaka (review of literature) merupakan langkah paling awal begitu tema penelitian (bukan judul) diperoleh. Kajian pustaka mencakup tiga hal, yaitu: penempatan, pembacaan, dan penilaian terhadap hasil-hasil penelitian dan kajian yang sudah ada yang terkait dengan rencana penelitian yang akan kita lakukan.
7.1
Teori
Tujuan dalam
pembuatan kajian pustaka adalah membantu peneliti untuk menyelesaikan masalah
penelitiannya dengan mengacu pada teori dan hasil-hasil penelitian sebelumnya
yang relevan. Selain itu fungsi dari kajian pustaka adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui Sejarah Masalah Penelitian
Berdasarkan sejarah
masalah yang berkaitan dengan masalah penelitiannya, peneliti akan mendapatkan
informasi tentang hal-hal yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya,
aspek-aspek yang telah diteliti, prosedur-prosedur yang telah diterapkan, hasil
dan hambatan yang ditemukan di dalam penelitian, dan perbedaan antara masalah
yang hendak dipecahkan dengan masalah-masalah yang sudah dipecahkan orang lain.
2.
Memilih Prosedur Penyelesaiaan Masalah Penelitian
Berdasarkan
prosedur-prosedur yang telah diterapkan oleh para peneliti sebelumnya yang
berkaitan dengan masalah penelitiannya, peneliti dapat memilih prosedur yang
cocok atau membuat prosedur baru berdasarkan kajian tentang kelebihan dan
kekurangan dari prosedur-prosedur yang ada.
3.
Memahami Latar Belakang Teori Masalah Penelitian
Berdasarkan latar
belakang teori masalah penelitian, peneliti dapat memetakan kedudukan masalah
penelitiannya ke dalam perspektif cakupan pengetahuan yang lebih luas, sehingga
dapat membantu peneliti dalam menjelaskan pentingnya penelitan itu dilakukan
serta dampak dari hasil penelitiannya.
4.
Mengetahui Manfaat Penelitian Sebelumnya
Berdasarkan kajian
dari hasil-hasil penelitian sebelumnya yang relevan, peneliti dapat
memperkirakan manfaat hasil penelitian yang akan dilaksanakannya.
5.
Menghindari Terjadinya Duplikasi Penelitian
Pengkajian pustaka
dapat menghindari duplikasi penelitian. Dalam batas-batas tertentu suatu
penelitian boleh merupakan duplikasi dari penelitian lain, sepanjang penelitian
yang akan dilaksanakan memiliki tujuan berbeda untuk melengkapi hasil
penelitian sebelumnya atau mempunyai alasan yang kuat untuk meragukan hasil
penelitian sebelumnya (bukan plagiat).
6.
Memberikan Pembenaran Alasan Pemilihan Masalah Penelitian
Kajian pustaka
harus berfungsi sebagai kajian secara kritis tetapi singkat tentang kekhususan,
manfaat dan kelemahan dari penelitian sebelumnya (bukan sekadar senarai teori
atau hasil penelitian yang relevan saja), sehingga peneliti dapat memberikan
pembenaran tentang pentingnya masalah tersebut diteliti.
Pembuatan kajian
pustaka sebaiknya mengikuti langkah awal, sebagai berikut :
1. Mencari informasi ke perpustakaan atau internet.
2. Menyiapkan butir-butir yang perlu dalam mencatat informasi dari pustaka, meliputi kelengkapan sumber informasi, kriteria informasi, cara mencatat sumber informsi dari internet, dan sebagainya.
3. Menyiapkan kartu atau buku untuk mengumpulkan informasi yang relevan.
4. Menyiapkan sistematika pengumpulan informasi.
1. Mencari informasi ke perpustakaan atau internet.
2. Menyiapkan butir-butir yang perlu dalam mencatat informasi dari pustaka, meliputi kelengkapan sumber informasi, kriteria informasi, cara mencatat sumber informsi dari internet, dan sebagainya.
3. Menyiapkan kartu atau buku untuk mengumpulkan informasi yang relevan.
4. Menyiapkan sistematika pengumpulan informasi.
Penulisan kajian pustaka sebaiknya mengikuti saran sebagai berikut :
1. Pertahankan fokus perhatian pada masalah penelitian yang akan dilaksanakan, agar penulisan kajian pustaka tetap relevan dengan masalah yang akan diteliti.
2. Buatlah rencana struktur penulisan kajian pustaka dengan baik (jangan menulis menurut urutan ditemukannya pustaka itu).
3. Tekankan keterkaitan antara pustaka dengan masalah penelitian yang (akan, sedang, atau baru saja) dipecahkan oleh peneliti.
7.2
Pentingnya Kajian Pustaka
Secara ringkas, menurut Borg dan Gall (1989: 114-119), dan Latief (2012: 43-50) setidaknya ada enam alasan mengapa kajian pustaka harus dilakukan, sebagaimana uraian berikut:
1. Sangat
bermanfaat untuk menajamkan rumusan masalah penelitian yang diajukan, sehingga
besar kemungkinan rumusan masalah yang sudah dibuat berubah setelah peneliti
membaca pustaka karena telah memiliki wawasan tentang tema yang diteliti lebih
luas daripada sebelumnya. Dengan demikian, rumusan masalah, terutama dalam
penelitian kualitatif, bersifat tentatif. Tidak sedikit penelitian gagal karena
masalah yang diteliti terlalu luas. Rumusan masalah yang spesifik dan dalam
lingkup yang kecil jauh lebih baik daripada yang luas dan umum. Umumnya,
rumusan masalah yang tidak jelas berakibat pada data yang diperoleh juga tidak
jelas, sehingga antara masalah yang hendak dijawab dan data yang ada
tidak sambung. Ujungnya kesimpulannya tidak berangkat dari data, tetapi pendapat
pribadi peneliti. Tentu ini tidak bisa dibenarkan. Hal demikian bisa dihindari
melalui kajian pustaka dengan serius.
2. Kajian
pustaka tidak saja untuk mempelajari apa yang telah dilakukan orang lain,
tetapi juga melihat apa yang terlewatkan dan belum dikaji oleh peneliti
sebelumnya. Bagian atau wilayah yang terlewatkan itu bisa menjadi area
penelitian baru. Tetapi kenyataannya sering terjadi karena pengalaman yang
kurang, isu-isu penting yang mestinya bisa diangkat terlewatkan begitu saja,
terutama pada bidang-bidang yang belum banyak diteliti.
3. Untuk
melihat bahwa pendekatan penelitian yang kita lakukan steril dari
pendekatan-pendekatan lain. Sebab, pada umumnya kajian pustaka justru
menyebabkan peneliti meniru pendekatan-pendekatan yang sudah lama dipakai orang
lain, sehingga tidak menghasilkan temuan yang berarti. Mencoba pendekatan baru
--- walau mungkin salah --- lebih baik daripada mengulang hal yang sama
berkali-kali walau benar. Pengulangan justru menunjukkan peneliti tidak cukup
melakukan pembacaan literatur secara memadai. Kesalahan metodologis akan
disusul dan dikoreksi oleh peneliti selanjutnya, sehingga menyebabkan ilmu
pengetahuan berkembang. Karena itu, dalam ilmu pengetahuan kesalahan bukan
sesuatu yang aib. Proses demikian oleh Polanyi disebut sebagai falsifikasi.
4. Memperoleh
pengetahuan (insights) mengenai metode, ukuran, subjek, dan pendekatan
yang dipakai orang lain dan bisa dipakai untuk memperbaiki rancangan penelitian
yang kita lakukan. Rancangan penelitian, lebih-lebih untuk penelitian
kualitatif, bukan sesuatu yang sekali jadi, melainkan terus diperbaiki agar
diperoleh metode yang tepat untuk memperoleh data dan menganalisisnya.
Kenyataan di lapangan ditemukan racangan penelitian kualitatif seragam dari
satu proyek penelitian ke yang lain. Padahal, walaupun berangkat dari paradigma
yang sama rancangan penelitian kualitatif bisa berbeda dari penelitian ke
penelitian lainnya, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus atau
fenomena tertentu.
55. Melalui
kajian pustaka, bisa diperoleh pengetahuan berupa rekomendasi atau saran-saran
bagi peneliti selanjutnya. Informasi ini tentu sangat penting karena
rekomendasi atau saran merupakan rangkuman pendapat peneliti setelah melakukan
penelitian. Usai penelitian, kita juga diharapkan bisa memberikan rekomendasi
atau saran bagi peneliti selanjutnya, sebagaimana kita telah mengambil manfaat
dari peneliti sebelumnya. Karena itu, rekomendasi atau saran yang baik bukan
sembarang saran, melainkan usulan yang secara spesifik bisa diteliti.
6. Untuk
mengetahui siapa saja yang pernah meneliti bidang yang sama dengan yang akan
kita lakukan. Orang yang sudah lebih dahulu meneliti bisa dijadikan teman
diskusi mengenai tema yang kita lakukan, termasuk membahas hal-hal yang menjadi
kekurangan atau kelemahan penelitian, sehingga kita bisa memperbaiki, karena
dia telah memperoleh pengalaman lebih dahulu. Malah bisa jadi peneliti
terdahulu kita jadikan informan dalam penelitian kita. Sebab, salah satu syarat
informan adalah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai tema penelitian yang
kita angkat, sehingga dia bisa berdiskusi dan memberi informasi (to inform)
kepada peneliti mengenai tema yang diteliti.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber :
http://arie-dwiputra.blogspot.com/2013/06/teori-proposal.html
Contoh Proposal Ilmiah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Lumut merupakan
tumbuhan darat sejati, walaupun masih menyukai tempat yang lembab dan basah.
Lumut yang hidup di air jarang kita jumpai, kecuali lumut gambut (sphagnum
sp.). Pada lumut, akar yang sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekata dengan
perantaraan Rhizoid (akar semu), olehkaren aitu tumbuhan lumut merupakan bentuk
peralihan antara tumbuhan ber-Talus (Talofita) dengan tumbuhan ber-Kormus
(Kormofita).Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof. Lumut tumbuh
di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifil.
Lumut merupakan
tumbuhan kecil, lembut. Mereka tidak mempunyai bunga atau biji, dan daun-daun
yang sederhananya menutupi batang liat yang tipis. Tumbuhan lumut merupakan
tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu
tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk
koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati
menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.Klasifikasi
tradisional menggabungkan pula lumut hati ke dalam Bryophyta.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Penulis membatasi
laporan ini seputar :
a. Tumbuhan Lumut.
b. Perkembangan dan pertumbuhan lumut.
c. Pengaruh pemberian cahaya pada tumbuhan lumut.
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin
dicapai dalam penulisan laporan ini , antara lain :
1.Untuk membuktikan
perbedaan kecepatan pertumbuhan tumbuhan lumut.
2.Untuk menambah
wawasan pengetahuan tentang makhluk hidup.
3.Untuk mengetahui
dan lebih mengenal tentang tumbuhan lumut.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari
penulisan laporan ini adalah :
1.Dapat menentukan
habitat tumbuhan lumut.
2.Dapat
mendeskripsikan proses pertumbuhan tanaman lumut.
3.Dapat
menganalisis masalah yang terjadi pada proses pertumbuhan.
4.Dapat memahami
keanekaragaman hayati.
5.Dapat
mengembangkan potensi usaha dari kerajinan tumbuhan lumut.
1.5 METODE PENULISAN
Dalam pembuatan
laporan ini dilakukan dengan cara :
1.Metode observasi.
2.Membaca beberapa
buku di perpustakaan sekolah.
3.Mengumpulkan data
dari internet.
1.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk memudahkan
para pembaca penulis menyusun laporan ilmiah ini dalam beberapa
bab yaitu :
Kata pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.3
TUJUAN PENELITIAN
1.4
MANFAAT PENELITIAN
1.5
METODE PENULISAN
1.6
SISTEMATIKA PENULISAN
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 KAJIAN
TEORI
2.2 RUMUSAN
HIPOTESIS
BAB III METODE
PENELITIAN
3.1 RANCANGAN
PENELITIAN
3.2 INSTRUMEN
ALAT DAN BAHAN
3.3 JADWAL
DAN LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KAJIAN TEORI
Berdasarkan teori
yang ada, beberapa jenis lumut memiliki ruang lingkup kehidupan yang luas,
namun beberapa hanya berada pada habitat khusus. Secara umum lumut tidak dapat
tumbuh pada habitat kering, kebanyakan hidup pada tempat yang kelembabannya
tinggi, dan teduh. Jika dikaji secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa
kebanyakan lumut memiliki range ekologi yang agak sempit dan
terbatas sehingga tumbuhan lumut mempunyai nilai penting yang cukup besar
sebagai indikator habitat tertentu. Faktor biotik yang mempengaruhi kehidupan
tumbuhan lumut adalah menyangkut masalah kompetisi diantara tumbuhan lumut itu
sendiri, baik untuk mendapatkan makanan maupun untuk tempat hidupnya. Sedangkan
faktor abiotiknya meliputi :
a. Faktor
cahaya, Umumnya tumbuhan normal membutuhkan 500 – 1300 lux intensitas
cahaya. (yang akan menjadi bahan percobaan dengan menggunakan sinar matahari).
b. Faktor
temperature
c. Faktor Air, Intensitas
penghisapan air tergantung pada kandungan air tiap – tiap
tumbuhan. Adaptasi tumbuhan lumut dalam pengambilan air :
tumbuhan. Adaptasi tumbuhan lumut dalam pengambilan air :
· Endohydric
species, air yang diambil berasal dari substrat dan kemudian dihantarkan
secara internal ke organ daun atau permukaan evaporasi lainnya (sifat permukaan
dari tumbuhan adalah water rapellent/penolak). Umumnya hidup pada
substrat yang kaya nutrien, tempat basah, dan poreus (berpori). Contoh :
Polytricaceae, Mniaceae,Marchantiaceae, dsb.
· Ektohydric
species, Air mudah diabsorbsi dan hilang melalui segala permukaan tubuh.
Sifat karakteristiknya adalah semua bagian tubuhnya dapat menghisap dan
menyimpan air dari udara. Contoh : Grimiaceae, Orthitricaceae, lumut hati
berdaun, dsb.
d. Faktor
angin
e. Faktor edafik,
meliputi tanah, humus, dan batuan. Karena lumut hidup umumnya
di atas batuan dan tanah yang berhumus, jadi lumut dikatakan bersifat saprofit.
di atas batuan dan tanah yang berhumus, jadi lumut dikatakan bersifat saprofit.
2.2 RUMUSAN HIPOTESIS
Keberadaan tumbuhan
lumut disuatu tempat selalu dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Faktor
lingkungan tersebut meliputi faktor biotik dan abiotik. Tumbuhan lumut jarang
ditemukan yang bersifat individu, melainkan hidup berkelompok dan mempunyai
bentuk – bentuk kehidupan khusus. Tumbuhan lumut biasanya tumbuh ditempat yang
lembab dan berair meskipun begitu lumut juga masih membutuhkan suplai sinar matahari
yang cukup, akan tetapi tumbuhan lumut kurang bisa hidup didaerah yang panas
dan gersang ditambah lagi mendapat sinar matahari secara langsung, hal ini
menyebabkan tumbuhan lumut banyak dijumpai di pinggiran sungai, selokan, maupun
pada saluran pembuangan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan
penelitian adalah suatu hal yang penting dalam suatu penelitian ilmiah, maka
penulis menyusunnya sebagai berikut :
Identifikasi
variabel, yakni faktor-faktor yang berpengaruh dalam suatu penelitian. Ada
beberapa variabel dalam suatu penelitian. Untuk mengetahui pengaruh suatu
variabel terhadap variabel lainnya. Pengamatan dilakukan terhadap variabel
tersebut, dan mengukur variabel yang di pengaruhinya. Sementara itu, variabel
yang lain dibuat tetap (terkontrol) untuk mengisolir fenomena yang dapat
berpengaruh terhadap pengamatan tersebut. Ada pun variabelnya sebagai berikut :
1.Variabel bebas,
yaitu sinar cahaya matahari
2.Variabel tak
bebas, yaitu morfologi tumbuhan lumut (pengukuran terhadap luas dari tumbuhan
lumut pada media objek)
3.Variabel
terkontrol, yaitu luas kayu, ember, serta volum air
4.Memilih peralatan
yang sesuai dengan penelitian.
5.Melakukan
pengamatan akurat, dalam hal ini adalah melakukan pengamatan terhadap semua
objek dalam penelitian pada saat melakukan penelitian terutama pada alat dan
bahan agar tujuan dari penelitian dapat dicapai. Pengamatan juga bertujuan
untuk mencatat semua hal dan peristiwa yang terjadi pada objek penelitian.
Pengamatan dilakukan secara teliti dan akurat dalam setiap fase penelitiannya.
6.Mengumpulkan data
dan hasil penelitian, dalam hal ini pencatatan data harus jelas guna kelancaran
penelitian. Pengumpulan data ini bertujuan untuk mengamati setiap perubahan
yang terjadi.
7.Mengolah dan
menganalisis data, pengolahan dan penyajian data penting agar dapat
menganalisis data dengan benar. Adapun hal yang harus dianalisis sebagai
berikut :
a.Apakah setiap
data menghasilkan kurva yang mulus
b.Apakah ada data
diluar kurva
c.Apakah data
tersebut dapat diabaikan atau ada suatu alasan tertentu mengapa hal ini
terjadi.
d.Kesimpulan, yakni
mengenai perumusan mengenai apa yang diperoleh dari suatu penelitian
kualitatif.
e.Membuat laporan
kegiatan penelitian, yakni hasil penelitian dikomunikasikan secara tertulis
dalam bentuk laporan kegiatan penelitian.
3.2 INSTRUMEN ALAT DAN BAHAN
Adapun alat-alat
yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1.Ember
2.Gayung
3.Penggaris
4.Pisau
5.Kertas hvs dan
alat tulis
Adapun bahan-bahan
yang digunakan dalam penelitian ini :
1.Kayu
2.Air
3.3 JADWAL DAN LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
1.Menyiapkan alat-alat dan bahan untuk melakukan penelitian.
1.Menyiapkan alat-alat dan bahan untuk melakukan penelitian.
2.Menyiapkan 2
ember untuk 2 perlakuan, ember yang digunakan harus sama.
3.Tiap-tiap ember
di isi air sebanyak 100 ml agar menjaga kelembaban (tinggi air pada ember 1
cm).
4.Masukan media
pertumbuhan lumut berupa kayu pada kedua ember dengan ukuran : ukuran kayu 10
cm x 15 cm.
5.Letakan kedua
ember pada tempat yang berbeda
6.Ember A :
Diletakan di dekat sumur (tempat lembab) dengan pencahayaan cukup terang.
7.Ember B :
Diletakan di halaman depan rumah (panas) dengan pencahayaan sangat terang .
8.Setelah beberapa
hari lakukanlah pengamatan terhadap kedua ember tersebut, apakah pada kedua
ember tersebut sudah tumbuh lumut.
9.Lakukan
peninjauan setiap 3 hari sekali, dan catat hasilnya.
10.Apakah terdapat
perbedaan pertumbuhan yang terjadi pada kedua ember ?
11.Catat setiap
terjadi perbedaan dan peristiwa.
12.Olah semua data
yang telah terkumpul, kemudian buatlah grafik perbandingan.
13.Tariklah suatu
kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
bebas.ui.ac.id/v12/sponsor/Sponsor…/0013%20Bio%201-3b.html
ugeex.blogspot.com/2009/03/makalah-lumut.html
0 komentar:
Posting Komentar